MENGUBAH LAHAN TIDUR JADI PRODUKTIF
VANIA FEBRIYANTIE
BANDUNG, JAWA BARAT
Seni Tani memanfaatkan lahan-lahan tidur menjadi perkebunan dengan memberdayakan pemuda kota menjadi petani milenial.
BANYAKNYA lahan milik pemerintah yang tidak dimanfaatkan alias menjadi lahan tidur di daerah Arcamanik, Bandung, menggugah hati Vania Febriyantie, yang juga tinggal di daerah itu. Ia pun mulai memikirkan cara mengalihfungsikan lahan itu menjadi lebih produktif.
Vanie adalah salah satu pencetus dibentuknya Seni Tani, yang merupakan program usaha pertanian regeneratif di area urban (urban farming social entreprises). Program ini dibangunnya bersama kawannya bernama Galih sejak Mei 2020.
“Di lahan tidur itu masih banyak terdapat rumput liar dan semak belukar serta tumpukan sampah rumah tangga seperti kasur, piring pecah, sendok beling, sepatu, koper. Bahkan tak jarang juga terdapat ular di sana,” ujar wanita kelahiran Lhokseumawe, Aceh, 24 Februari 1993 ini.
Jika diakumulasikan, luas lahan tidur yang berada di Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Bandung itu dapat mencapai lebih dari satu hektare. Vania mulai berpikir untuk mengolah lahan itu menjadi kebun. Untuk itu, Vania pun berkolaborasi dengan komunitas Pupuk Kebun, di mana ia juga tergabung di sana. Adapun kegiatan Pupuk Kebun yaitu mengolah lahan tidur di area sekitarnya menjadi lahan yang produktif, yaitu kebun pangan.
Pada November 2020, Vania dan tim mengajak dua sampai tiga orang untuk ikut bergabung dalam kegiatan mengolah lahan tidur itu. Setelah itu, Vania dan tim mulai mengunggah kegiatan ini di media sosial. Berkat unggahan itu, banyak masyarakat di sekitar Arcamanik yang ingin ikut membantu mengolah lahan tidur tersebut dan menawarkan diri sebagai relawan.
“Mereka juga menginginkan lahan tidur yang terbengkalai tadi bisa menjadi lahan yang produktif dan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” kata Vania.
Apalagi, kata Vania, di masa pandemi Covid-19 ini banyak orang yang terkena PHK dan sulit mencari pekerjaan. Karena itulah Seni Tani hadir untuk memecahkan masalah tersebut dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar. “Salah satunya dengan cara berusaha memproduktifkan lahan tidur seperti yang ada di Arcamanik ini menjadi kebun pangan melalui pertanian regeneratif, dengan memberdayakan pemuda kota menjadi petani kota,” ucapnya.
Dia menuturkan lahan tidur di Arcamanik yang telah diolah Seni Tani bersama masyarakat saat ini sudah menghasilkan berbagai macam sayuran yang ditanam dengan cara alami, tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintetis. “Hasil panennya juga sudah didistribusikan melalui sistem CSA (community supported agriculture) yang menjadi suatu inisiatif skala lokal,” ujarnya.
“Mereka juga menginginkan lahan tidur yang terbengkalai tadi bisa menjadi lahan yang produktif dan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” kata Vania.
Di dalam sistem CSA, para anggota membayar biaya di awal musim tanam. Jadi, para petani sudah mendapatkan kepastian bayaran saat awal. Setelah musim tanam atau saat panen, para petani mendapatkan dua kali pengiriman hasil panen sayur yang berisi enam sampai delapan jenis sayuran. Kini, sudah ada 25 orang yang berlangganan sayur pada Seni Tani dari jumlah awal hanya 15 pelanggan.
Namun, kata Vania, karena Arcamanik merupakan daerah yang paling tinggi terdampak Covid-19, kegiatan berkebun sempat diliburkan. Karenanya, dia dan tim mencari cara agar kebun tetap bisa mendapatkan pupuk dan kebutuhan lain. Hal itu harus dilakukan agar kegiatan ini berlangsung terus-menerus dan mampu memberikan manfaat pangan untuk orang-orang yang menggarapnya.
Satu lagi cabang program baru yang bernama Tani Berdaya. Program ini disponsori oleh Pupuk Kujang, yang memberikan fasilitas berupa green house, pupuk, dan bibit agar mereka bisa kembali berkebun.
Vania juga memberdayakan pemuda-pemuda kota, antara lain seorang anak SMK yang kesulitan mencari pekerjaan karena pandemi Covid-19 dan satu pemuda lagi yang batal dipekerjakan di Sulawesi. “Pemberdayaan dua pemuda ini selaras dengan program pemerintah yang sedang menggalakkan petani milenial,” ucapnya.
Satu lagi cabang program baru yang bernama Tani Berdaya. Program ini disponsori oleh Pupuk Kujang, yang memberikan fasilitas berupa green house, pupuk, dan bibit agar mereka bisa kembali berkebun.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Bandung juga pernah meminta Seni Tani membantu mengelola pertanian yang berdampak secara ekonomi. Melalui program ini, menurut Vania, Seni Tani bisa melakukan regenerasi dari petani-petani milenial.
Luas lahan tidur yang sudah dimanfaatkan Seni Tani menjadi kebun pangan hingga saat ini sudah mencapai 680 meter persegi. Dari lahan seluas ini, Seni Tani sudah memproduksi sayur lebih dari 150 kilogram per tahun.
Vania dan tim juga berhasil bekerja sama dengan 10 kedai kopi setempat untuk memanfaatkan ampas kopi sebagai bahan baku kompos. Sebanyak tiga ton kompos yang sudah dihasilkan dipakai di lahan dan sisanya dibagikan kepada warga yang memerlukan.
Selain memanfaatkan lahan tidur pemerintah, Vania dan tim juga menyewa lahan milik pribadi yang belum dibangun. Sejak Januari sampai Juni 2021, Seni Tani sudah menghasilkan 200 kilogram sayuran dari berbagai macam jenis dari lahan ini.