TERPECAHKANNYA MASALAH PENGANGGURAN DI ACEH TENGAH

AZZA APRISAUFA

ACEH TENGAH, ACEH

Berkat aplikasi digital saufa center, tingkat pengangguran terbuka di Aceh Tengah mengalami penurunan. 

BADAN Pusat Statistik Provinsi Aceh mencatat pada 2008 tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Aceh mencapai 9,56 persen,  Sedangkan di Kabupaten Aceh Tengah 4,91 persen. Tingginya angka pengangguran terbuka di Aceh ini seakan menyiratkan bahwa  memiliki ijazah perguruan tinggi tidak menjamin bisa menjadi pekerja siap pakai. Justru semakin banyak lulusan universitas, semakin banyak pula angka penganggurannya. 

Kondisi ini membuat Azza Aprisaufa, pria kelahiran 20 April 1990 asal Takengon, Aceh Tengah, merencanakan sebuah ide untuk memberdayakan para sarjana yang masih menganggur di daerahnya. Dia melihat salah satu penyebab susahnya para sarjana mendapatkan pekerjaan adalah karena mereka tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan. Selain itu, jumlah lapangan kerja tak sebanding dengan jumlah lulusan perguruan tinggi. 

Azza pun mendirikan lembaga bimbingan belajar di Takengon, ibu kota Kabupaten Aceh Tengah, yang diberi nama Saufa Center, tepatnya pada 2009. Saat itu, banyak sekali lulusan sarjana di Takengon yang mengajukan lamaran di tempatnya. Padahal Saufa Center hanya membutuhkan beberapa tenaga pengajar karena keterbatasan tempat. 

Ada 80-an orang dengan berbagai keahlian yang bergabung dalam aplikasi ini. Sebanyak 11 orang di antaranya adalah lulusan pascasarjana. Mereka kini memiliki kegiatan dan bisa menyalurkan ilmu yang mereka dapat, dengan jumlah pemesan lewat aplikasi ini rata-rata 10 per hari

Saat ini Azza sedang membangun kerja sama dengan Kominfo untuk membantu para sarjana mendapatkan sertifikasi profesi.

Dalam perjalanannya, bimbingan belajar yang dibangun Azza kian berkembang dan membutuhkan lebih banyak pengajar. Namun setiap hari banyak juga sarjana yang melamar. “Dengan berat hati, saya pun tidak bisa menerima semua lamaran  meski banyak juga sarjana berkualitas yang datang karena memang jumlah pengajarnya sudah cukup,” tutur Azza.

Dari situ, Azza pun mulai berpikir bagaimana membantu para sarjana yang belum bisa ditampung bekerja di Saufa Center agar bisa mewujudkan impian orang tua mereka.  Mengingat akan latar belakangnya adalah teknik informatika, ia pun berpikir untuk memanfaatkan teknologi digital. Akhirnya, ia mewujudkannya pada 2017 dengan membuat aplikasi pemesanan guru privat. Di sini setiap orang yang membutuhkan jasa guru privat bisa memesan melalui aplikasi, di mana pun dan kapan pun. Aplikasi ini bernama saufacenter.com.

Sambutan masyarakat Aceh Tengah sangat luar biasa. Cukup dengan merogoh kocek Rp 40.000 ribu per jam, para orang tua bisa memesan guru untuk anak-anak mereka sesuai kebutuhan mata pelajaran yang dicari. Guru yang berhalangan masuk kelas, misalnya, juga bisa memesan guru pengganti melalui aplikasi ini agar anak didik mereka tetap bisa belajar. 

“Ada 80-an orang dengan berbagai keahlian yang bergabung dalam aplikasi ini. Sebanyak 11 orang di antaranya adalah lulusan pascasarjana. Mereka kini memiliki kegiatan dan bisa menyalurkan ilmu yang mereka dapat, dengan jumlah pemesan lewat aplikasi ini rata-rata 10 per hari,” ucapnya.

Dengan hadirnya aplikasi yang dibangun Azza ini, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, Tingkat Pengangguran Terbuka di Aceh Tengah pada 2018 turun menjadi 2,13 persen mencapai 4,91 persen pada 2008. 

Pada 2019 Azza merombak total aplikasi Saufa Center. Rehab baru selesai dilakukan pada Februari 2021, sekaligus dilakukan perubahan nama aplikasinya menjadi Jasa Sarjana dan dimasukkan ke AppStore dan PlayStore.  Cakupan jasa yang ditawarkan juga diperluas dan tidak lagi sebatas guru atau pendidikan saja. 

Masyarakat yang tinggal di daerah Aceh Tengah juga bisa memesan arsitek, pendamping wisata, tutor pembuatan aplikasi, pelatih tari, konsultan lingkungan, pelatih public speaking, dan layanan barista melalui aplikasi Jasa Sarjana. Mereka yang memiliki orang tua yang sudah lanjut usia, juga bisa memesan pendamping lansia.

Azza yakin, jika aplikasi Jasa Sarjana ini diaktifkan di seluruh daerah di Indonesia, tidak ada lagi sarjana  yang menganggur.

Saat ini, Azza tengah memikirkan untuk mengembangkan lagi cakupan pengguna aplikasi Jasa Sarjana ini, agar bisa dimanfaatkan juga untuk seluruh daerah di Indonesia. Untuk itu, dia masih menjajaki kerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan mengingat aplikasi ini akan diaktifkan di 500 kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Menurutnya, sudah ada ribuan sarjana se-Indonesia yang menunggu foto mereka ditambahkan ke aplikasi Jasa Sarjana ini.  

Selain dengan Kementerian Ketenagakerjaan, Azza juga sudah membangun kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk membantu para sarjana mendapatkan sertifikasi profesi.  “Karena, untuk keahliannya, para sarjana ini kan perlu ada sertifikasi profesi di luar ijazahnya,” ujarnya. 

“Jika berhasil, insya Allah saya bisa pastikan putra-putri daerah yang ada di Indonesia tidak ada lagi yang menganggur. Karena semua bisa diberdayakan ke masyarakatnya masing masing,” katanya.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search