BERGULIRNYA BUAH LANGKA DARI KALIMANTAN SELATAN

MOHAMMAD HANIF WICAKSONO

HULU SUNGAI SELATAN, KALIMANTAN SELATAN

Pembudidayaan buah langka di hutan Kalimantan Selatan berhasil mengangkat taraf hidup masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. 

Hanif dan warga desa Kandangan menjelajahi hutan untuk mengumpulkan biji dari pohon buah yang ditemui, di antaranya Kasturi.

DEFORESTASI semakin marak di Kalimantan. Banyak hutan yang ditebang hanya untuk dijadikan perkebunan karet dan kelapa sawit. Ada juga masyarakat yang membuka lahan tambang batu bara, emas, bijih besi. Perlakuan masyarakat ini membuat beragam tanaman yang ada di dalam hutan terancam punah.

Hanif Wicaksono adalah orang yang telah menyerahkan hidupnya untuk menyelamatkan punahnya keragaman hayati yang ada di dalam hutan di Kalimantan ini. Waktu itu, pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, 18 Agustus 1983 ini, ini sedang bertugas sebagai penyuluh program Keluarga Berencana (KB) di sana.

Saat pertama tinggal di sana, ia menemukan beberapa buah di pasar yang sama sekali belum pernah dilihatnya di Jawa. Ada buah lahung atau sejenis durian berkulit merah. Lalu buah limpasu atau sejenis mangga tapi bentuknya kecil dan rasanya malah mirip kedondong. Ia juga menemukan buah kacai, yaitu buah berduri berkulit kuning tapi rasanya mirip labu. Merasa penasaran dengan semua jenis buah yang dilihatnya itu, ia kemudian bertanya pada orang-orang bagaimana bentuk pohonnya.  

“Saat mencarinya langsung ke hutan, betapa kagetnya Hanif saat melihat ada beragam pohon buah di sana. Tapi, anehnya, tak satu pun dari warga Kandangan yang mengenal buah-buah itu.”

Dari situ, ia mulai mengumpulkan buah-buah langka itu untuk koleksi pribadinya. “Jika menemukan sebuah pohon, saya memotretnya dan kemudian mengumpulkan informasi dari warga sekitar hutan mengenai buah itu,” ucapnya. 

Ia juga mengajak warga Kandangan untuk ikut mengumpulkan buah-buah langka itu dari hutan. Ia mendirikan Kelompok Usaha Tunas Meratus yang kegiatannya adalah konservasi, mendokumentasikan, serta membudidayakan buah langka yang ada di Desa Kandangan yang merupakan bagian dari Pegunungan Meratus. Hanif menyisihkan gajinya untuk merintis pembibitan di Tunas Meratus ini.

Hanif dan para warga mulai menjelajahi hutan dan mengumpulkan biji dari pohon buah yang ditemui untuk dibudidayakan. Salah satu buah yang dapat dibudidayakan adalah kasturi, salah satu spesies buah mangga asli Kalimantan Selatan. Ia pun berhasil mengembangbiakkan ratusan pohon kasturi. Selain membudidayakan buah kasturi, Hanif juga menemukan dan membudidayakan buah silulung, maritam, bumbunau, babuku, luying/luing, buah kapul, kalangkala, gitaan/ tampirik, dan kumbayau.

Pada akhir 2011, Hanif diberi tugas untuk mendirikan dan membina kampung KB di Desa Marajai, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Masyarakat yang tinggal di desa yang berbatasan langsung dengan hutan ini sangat tertinggal. Sebanyak 70 persen masyarakatnya buta huruf dan hampir 90 persen merupakan keluarga prasejahtera. “Saya saat itu berpikir bagaimana caranya agar desa ini bisa maju,” ujarnya. 

Ke depan, diharapkan perpustakaan pohon itu bisa dijadikan sebagai lokasi ekowisata atau penelitian dan pembelajaran tentang pohon-pohon langka asli Kalimantan.

Hingga 2021, Hanif berhasil mengumpulkan 170 jenis bibit tanaman buah langka khas Kalimantan.

Dengan hobi yang dimilikinya terhadap buah langka, Hanif waktu itu mulai berkeliling ke hutan yang ada di sekitar Desa Marajai. Dia melihat ternyata di hutan itu banyak tumbuh buah langka, yang kemudian ia kumpulkan dan budidayakan.

Dia juga menggelar festival untuk memperkenalkan berbagai buah langka di Desa Marajai kepada daerah-daerah lain. Hasilnya  menakjubkan. Banyak pengunjung dari daerah lain yang datang ke festival itu. Dari situ mulailah ada perkembangandi desa tersebut. Bahkan, pada 2020, pemerintah provinsi memberikan bantuan sebesar Rp 100 juta untuk pengadaan festival. 

Hanif kemudian membangun perpustakaan pohon atau arboretum kebun induk seluas 2,6 hektare yang berlokasi di Desa Ambutun, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. “Saat ini sudah ratusan lebih jenis pohon langka hutan Kalimantan yang ditanam di arboretum tersebut. Beberapa di antaranya adalah buah bindang, lahung burung, dan silulung,” ujarnya.

Hingga 2021 ini, Hanif sudah berhasil mengumpulkan 170 jenis bibit tanaman buah langka khas Kalimantan. Hasil pencariannya itu pun ia dokumentasikan dengan baik dalam bentuk buku agar masyarakat juga bisa mengenal kekayaan plasma nutfah Indonesia itu. Bibit yang dibudidayakan Hanif juga sudah disebarkan ke sejumlah kebun raya agar bisa tetap dilestarikan.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search