Tempelan Koran Sebagai Tonggak Kemajuan

Jamaluddin

Gowa, Sulawesi Selatan

Diberkati suburnya lahan perkebunan, masyarakat enggan mengenyam pendidikan. Padahal kunci gerbang kemajuan ada pada literasi.

Di gubuk mungil bekas kandang unggas, konsep besar memajukan sebuah desa berawal. Sejak 2014, rumah baca sederhana mulai dibangun Jamaluddin di lahan terbengkalai yang luasnya tidak lebih dari 30 meter persegi itu. Dari tempat tersebut, ia berharap kesadaran masyarakat di Kanreapia, Tombolo Pao, Gowa, Sulawesi Selatan, bisa tumbuh. Bahwa petani yang sukses semestinya juga tetap berpendidikan.

Jamaluddin menginginkan konsep rumah baca yang berbeda dengan rumah baca di tempat lain. Selain menyediakan buku-buku, rumah baca ini ia juga menerapkan metode tempel koran. Pada bangunan kayu, hasil renovasi dari kandang bebek milik orang tuanya, Jamaluddin kemudian menempel koran-koran yang telah diseleksi dan dianggap layak dibaca.

Masyarakat di Desa Kanreapia pada dasarnya hidup berkecukupan lantaran hasil perkebunan yang dapat diandalkan. Namun disayangkan, mereka tidak peduli dengan pendidikan. Bahkan, menurut data pemerintah desa, masih ada ratusan warga buta huruf.
“Maka harapan kami, agar (koran-koran itu) dapat menjadi sumber inspirasi bacaan bagi masyarakat pedesaan, baik anak petani, pemuda tani, mau`pun para petani (dewasa) itu sendiri,” kata Jamaluddin.

Dari sanalah kemudian tercetus nama Rumah Koran untuk tempat belajar ini. Kegiatan-kegiatan Rumah Koran kemudian dirangkum dalam satu gerakan yang dinamai Gerakan Cerdas Anak Petani. Tujuannya untuk mewujudkan gerakan-gerakan literasi demi mengedukasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat petani bahwa bagaimanapun, faktor pendidikan penting digalakkan di lingkup pedesaan.

Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga sering datang ke Rumah Koran untuk membaca buku-buku yang ada di sana.

Seraya memahami tingginya potensi pertanian di desa, yang saat itu mampu memproduksi hasil pertanian sekitar 20 ton per hari dengan jenis sayuran berbeda, tiga gerakan yang lebih besar kembali dicanangkan Rumah Koran, antara lain promosi, edukasi, dan pasar tani. “Pada 2019 kami mulai mempromosikan potensi-potensi yang ada di desa, mencoba memasarkan hasil-hasil pertanian melalui Pasar Tani Online,” kata Jamaluddin.

Kegiatan pertanian pola lama pun secara perlahan diperbaiki agar bisa digarap secara profesional sembari mengikuti perkembangan teknologi. Salah satu wujudnya adalah Pasar Tani Online, yang mampu menghubungkan petani dengan konsumen. Dalam mendampingi aktivitas pertanian di Kanreapia, Rumah Koran bergerak dari hulu hingga hilir, mulai dari budidaya sampai pemasarannya.

“Berawal dari Rumah Koran, lalu tercetus pula ide menjadikan desa sebagai lokasi budi daya,” kata Jamaluddin. Wilayah itu kemudian disebut Kampung Sayur. Ini artinya, ada tiga ekosistem pertanian yang kini mendukung sistem pertanian mandiri di desa ini, yaitu lahan budi daya (Kampung Sayur), petani sayur, dan pasar sayur.

Selain membuat Rumah Koran, Jamaluddin juga membuat Pasar Tani Online untuk para petani di Kanreapia, Tombolo Pao, Gowa, Sulawesi Selatan

“Sekarang, ketika orang datang ke kabupaten kami, terkadang mereka bukan menyebutkan nama desa kami lagi, tetapi Kampung Sayur,” ujarnya.

Kegiatan Rumah Koran memang kerap terkesan keluar dari gerakan awalnya dulu: sebatas pusat literasi semata. Namun Jamaluddin melihat situasi ini justru sebagai bagian dari upaya memajukan pertanian serta kehidupan masyarakat di pedesaan. “Selama positif, tentu tidak masalah jika kami terlibat di situ. Setelah kami membaca potensi-potensi yang ada, gerakan ini (memang) semakin meluas,” ujar Jamaluddin.

Pada Oktober 2020 Rumah Koran bahkan mendapat penghargaan Kampung Iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup. Di sini kegiatan komunitas Rumah Koran dinilai signifikan dalam upaya pengabdian sosial berbasis lingkungan.

Di masa pandemi Covid-19, Rumah Koran tak ketinggalan dalam upaya berbagi kepada sesama. “Melalui Sedekah Sayur, kami ingin melahirkan para petani dermawan dengan mengajak mereka untuk menyedekahkan hasil kebun,” ujarnya. “Selain sayur ada juga donasi uang. Kegiatan ini akan terus dilakukan minimal satu hingga tiga kali dalam satu bulan, selama itu memungkinkan.”

Di masa mendatang, masih ada sejumlah perencanaan yang ingin dicapai oleh komunitas ini. Di antaranya, agar Pasar Tani bisa melakukan pengiriman hasil kebun hingga ke luar negeri. Selain itu, mereka berencana pula menjalankan Sedekah Sayur ke panti asuhan dan pondok pesantren sambil membawa buku-buku. “Jadi selain memberi sayuran, Rumah Koran juga mengajak mereka untuk membaca buku,” tutur Jamaluddin.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search