Sang Pembaharu Teknologi Fermentasi Minyak Kelapa Murni

Bambang Sardi

Palu, Sulawesi Tengah

Seorang dosen teknik kimia menemukan metode terkini dalam menghasilkan minyak kelapa murni. Kiprahnya turut berdampak terhadap perbaikan kualitas gizi anak-anak.

Berprofesi sebagai pengajar, Bambang Sardi tidak ingin perannya berhenti pada aktivitas di ruang-ruang kampus semata. Dengan mengandalkan keilmuan di bidang teknik kimia yang dimilikinya, ia berniat berkontribusi dalam membangun daerah tempat ia mengajar. Sejak 2014, dosen Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) itu mulai memetakan berbagai potensi alam yang tersedia di sana untuk kemudian dilakukan pengembangan. Tujuannya, agar kelak memiliki nilai tambah dan berdampak positif terhadap masyarakat.

“Saat itu saya berinisiatif menginventaris hal-hal yang bisa dikembangkan di Sulteng, yang ternyata salah satunya adalah kelapa,” ia mengenang. Maka, sesuai kapasitasnya tadi, Bambang melihat tersedia peluang bagi pengembangan hasil produksi tanaman ini melalui teknologi. Dari sisi varietas dan keberlimpahannya, kelapa di Sulteng dinilainya sangat potensial dan mendukung untuk kelak diolah menjadi virgin coconut oil (minyak kelapa murni).

Berbagai riset di dunia medis memang menyatakan bahwa minyak kelapa murni menawarkan sejumlah manfaat bagi kesehatan. Ini disebabkan kandungan mineral, terutama asam laurat, kolesterol baik, dan vitamin E yang terkandung di dalam minyak kelapa, tidak serta-merta rusak saat proses pengolahan minyak kelapa murni. Maka saat mendapati 80% masyarakat di Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, memiliki kebun kelapanya sendiri, Bambang kian yakin untuk melanjutkan misinya.

Telah lama sebagian besar masyarakat Parigi memperoleh pendapatan dari aktivitas bertani dan melaut, sementara pengolahan kelapa masih berfokus pada hasil kopra. “Sekali produksi (kopra) berton-ton dengan nilai jual yang tidak pasti,” kata Bambang. Mereka pun sudah terbiasa pula memproduksi minyak kelapa murni, namun masih melalui metode konvensional.
“Maka kami memperkenalkan teknologi yang tidak memakan biaya besar, sederhana karena bisa kita ciptakan alatnya, tetapi dapat memberikan hasil yang luar biasa,” ujarnya.

“Maka kami memperkenalkan teknologi yang tidak memakan biaya besar, sederhana karena bisa kita ciptakan alatnya, tetapi dapat memberikan hasil yang luar biasa,” ujarnya.

Ia menciptakan metode fermentasi alami untuk menghasilkan minyak kelapa murni. Di sini proses fermentasi tidak lagi menggunakan bahan kimia. Bakteri positifnya murni dihasilkan dari kelapa itu sendiri, yakni santan kelapa. Bahkan media pemerasannya pun menggunakan air kelapa, bukan air jenis lain seperti yang biasa digunakan dalam cara-cara lama. “Proses alamiah ini dibantu dengan teknologi yang alatnya disebut fermentor, sementara metodenya dinamakan fermentasi anaerob,” urainya.

Meski awalnya upaya pendekatan di tingkat masyarakat tidak mudah, Bambang didukung penuh oleh para mahasiswanya. Ia melibatkan para mahasiswa untuk membantunya berkomunikasi dengan masyarakat setempat. “Hingga sekarang, jumlah petani yang memproduksi minyak kelapa murni di Sulteng tentu mengalami perkembangan, baik dalam ukuran kecil untuk pemakaian sendiri maupun skala produksi untuk dijual,” katanya.

Bambang mengakui, dampak pengolahan minyak kelapa murni di segmen komersial memang belum terlalu signifikan. Namun aspek kesehatan yang ditimbulkan menjadi nilai tambah yang jauh lebih berharga. Selain meningkatkan kekebalan tubuh terhadap bakteri maupun virus, minyak kelapa murni mampu membantu menekan angka kasus stunting atau gizi buruk.

Belakangan, bersama pihak Rumah Sehat Baznas Parigi Moutong, Bambang turut ambil bagian dalam memberikan solusi terhadap tingginya angka gizi buruk di sejumlah desa di kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong. Melalui studi yang ia lakukan, ia saat itu mendapati bahwa salah satu produk pengolahan minyak kelapa murni adalah blondo; sumber protein yang bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi biskuit.

Produk Virgin Coconut Oil (VCO), berdasarkan hasil riset ternyata VCO menawarkan imbas positif bagi kesehatan.

Bambang lantas mendampingi Rumah Sehat Baznas dalam memberikan pelatihan pembuatan minyak kelapa murni dan biskuit blondo kepada para orang tua yang anaknya mengalami stunting. Harapannya, agar mereka bisa menerapkannya di rumah masing-masing sehingga perbaikan gizi anak-anak dapat lebih mudah dicapai.

Bambang Sardi sedang mengajari ibu-ibu dalam membuat Virgin Coconut Oil (VCO).

“Pihak Baznas kemudian melakukan treatment terhadap 60 pasien selama tiga bulan, tentu dengan kaidah medis dan dukungan farmasi,” kata Bambang. Secara bersamaan biskuit blondo pun diberikan kepada pasien untuk dikonsumsi, dilengkapi dengan minyak kelapa murni. “Data menunjukkan hasil positif, bahkan 90% (kasus) mengalami penurunan,” ia menambahkan

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search