Manisnya Nilai Tambah Gula Kelapa

Akhmad Sobirin

Banyumas, Jawa Tengah

KUBE Manggar Jaya tidak memperlakukan para anggotanya sebagai mitra bisnis. Penderes juga difasilitasi, mulai dari kesejahteraan hingga sertifikasi.

TELAH lama sebagian besar warga Banyumas menautkan penghasilannya dari bertani kelapa. Pola ini dijalankan pula di Semedo, salah satu desa di kabupaten tersebut. Meski angka produksi gula kelapa di sana cukup tinggi, kehidupan para penderes (petani-penyadap) kelapa Desa Semedo jauh dari kategori sejahtera. Semedo bahkan pernah tercatat sebagai desa tertinggal.

Prihatin terhadap kondisi itu, Akhmad Sobirin menginisiasi perubahan di desanya dengan menggagas Kelompok Tani Manggar Jaya. Di sini, pria yang akrab disapa Birin ini mulai melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap para petani pengolah gula kelapa.
Melalui kelompok tani, diversifikasi produk kelapa dikembangkan supaya bisa meningkatkan pasar dan berimbas terhadap kenaikan penghasilan masyarakat. Di awal kiprahnya, Birin memperkenalkan produk baru gula kelapa kepada warga, yakni gula semut – biasa dikenal gula kristal. Ia merombak skema produksi secara total.

Berkat produk gula semut, penghasilan petani meningkat. Awalnya hanya Rp 5.000 per kilogram untuk gula blok, lalu sempat naik ke angka Rp 17 ribu. “Sekarang, kami membeli di atas Rp 20 ribu per kilogramnya di tingkat petani,” kata Birin. Ia menambahkan, sekitar 90% pasar gula semut Semedo untuk mencukupi pasar luar negeri.

Demi meningkatkan kualitas, berbagai perubahan metode pengolahan diterapkan melalui edukasi di Kelompok Tani Manggar Jaya. Pasalnya, para eksportir mengajukan standar ketat yang harus dipenuhi, misalnya tidak boleh menggunakan bahan pengawet, memenuhi standar kekeringan-kadar air maksimal 2%, standar ukuran butir 16-18 mesh, hingga permintaan yang sangat besar mencapai 30 ton per bulan.

Untuk menjaga stabilitas ketersediaan stok gula semut, ia kemudian mengumpulkan para pengolah gula guna membentuk Koperasi Usaha Bersama (KUBE) Manggar Jaya pada 1 Juni 2012. Saat itu KUBE ini beranggotakan 25 petani.

Tentu kendala kerap pula menyertai aktivitas Birin. Gagasannya mendirikan kelompok tani dan koperasi jelas ditentang oleh para tengkulak. Meski tidak sampai mengalami penyerangan secara langsung, berbagai teror sempat menyasar Birin lantaran dinilai mengganggu sistem ijon. “Kelompok (tani) bubar saja! Kalian bisa apa, punya apa?” bunyi pesan singkat yang sering ia terima dari para oknum tengkulak.

Tiap jengkal rintangan yang dilalui KUBE Manggar Jaya membuahkan keberhasilan. Pada 2016, Birin menerima anugerah Satu Indonesia Awards dari Astra untuk kategori UMKM.

“Sekarang banyak petani yang secara sukarela bergabung,” kata Birin. “Kepala desa dari desa-desa lain sudah memahami aktivitas KUBE Manggar Jaya, sehingga akses kian terbuka saat melakukan pendampingan.”

Tidak hanya berani membeli dengan harga tinggi, KUBE Manggar Jaya juga mengalokasikan persentase dari setiap kilogram harga gula semut untuk kebutuhan pengembangan kegiatan kelompok dan meningkatkan kesejahteraan petani. Belum lagi tunjangan hari raya (THR) yang dibayarkan setiap tahun, serta iuran BPJS Ketenagakerjaan bagi para petani anggotanya.

Kini merek gula semut Semendo Manise sudah dikenal sampai ke Eropa. Birin bersama tim mendirikan badan hukum supaya bisa mengekspor gula semut secara mandiri. Strategi ini diharapkan bisa meminimalkan kerugian yang dialami saat melakukan penjualan melalui eksportir. “Berbagai kelengkapan legalitas, termasuk sertifikasi organik internasional untuk 400-an petani, dikejar rampung pada Juli 2021,” ujarnya.

Saat ini seorang petani mampu mengantongi Rp 200 ribu dalam sehari, sehingga kondisi ekonomi Semedo tidak lagi tertinggal. Meski demikian, upaya pendampingan terus dilakukan, terutama agar para petani tetap memperhatikan aspek pendidikan bagi anak-anak mereka. “Sebab, penghasilan meningkat tidak akan ada artinya apabila pendidikan terbengkalai,” tuturnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search