Teknologi Kapal Pembersih Sampah untuk Laut Indonesia

Idham Aulia M. Basir

Makassar, Sulawesi Selatan

Teknologi itu selain memudahkan sebuah pekerjaan, juga akan menghemat waktu dan penggunaan sumber daya manusia.

Lahir di keluarga peneliti membuat Idham Aulia M. Basir terbiasa melihat beragam uji coba teknologi di rumahnya. Ayahnya merupakan peneliti di Departemen Pertanian yang sering membuat alat peraga pertanian. Teknologi terapan menjadi hal yang tertanam dalam benaknya sejak dini.

Selepas SMA di Makassar, Idham memutuskan untuk melanjutkan studi ke Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Jauh dari kampung halaman tidak memupus antusiasmenya dalam belajar hal baru terutama di bidang teknologi. Ia bergabung dengan berbagai organisasi dan komunitas, sampai ketika ada seniornya di kampus yang membuka kelas untuk belajar penulisan karya ilmiah.

Saat itu memang sedang muncul euforia Program Kreativitas Mahasiswa yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Para mahasiswa di berbagai kampus mulai bergeliat untuk memunculkan ide-ide aplikatif bagi masyarakat. Begitu pula Idham dan teman-temannya. Sang senior ini kebetulan adalah pemenang PKM tahun itu sehingga ia ingin berbagai pengalaman dan pengetahuan kepada juniornya.

Dari sinilah Idham bersama empat temannya mulai serius untuk mencari ide teknologi terapan yang bisa membantu menyelesaikan permasalahan masyarakat. Idham tidak hanya mencari referensi lingkungan terdekatnya saja, tetapi juga meluaskan pemikirannya sampai ke skala nasional dan dunia. Baginya, punya referensi yang beragam akan sangat membantu dalam proses menemukan dan mematangkan ide.

Waktu itu solusi-solusi yang ditawarkan oleh pemerintah hanya berbasis pada penggunaan SDM yang banyak dilibatkan untuk melakukan pembersihan di teluk tersebut atau melakukan penyewaan ekskavator. Akhirnya Idham dan teman-temannya memilih untuk mencoba mencari solusi atas permasalahan sampah di perairan Teluk Jakarta.

Saat itu, tahun 2011-2012, berita tentang kondisi perairan Jakarta yang makin memburuk bertebaran di mana-mana. Namun, solusi yang ditawarkan masih sebatas solusi normatif maupun yang menggunakan sumber daya manusia. Selain biayanya besar, akan terlalu banyak pihak yang dilibatkan untuk menciptakan kebersihan tersebut. Penggunaan kapal memang sudah dilakukan saat itu, tetapi menggunakan kapal tanker yang tidak bisa beroperasi di perairan dangkal. Padahal sampai yang menumpuk tersebut kebanyakan berada di tepian.

Untuk merespons kondisi itu, Idham dan teman-temannya mencetuskan ide untuk membuat kapal berteknologi modern yang bisa digunakan untuk membersihkan sampah bahkan mengolahnya langsung di kapal tersebut. Teknologi perkapalan sendiri memang menjadi salah satu bidang studi yang dipelajari Idham di fakultasnya. Berbagai referensi mulai dicari ke berbagai sumber. Saat itu di beberapa negara lain sudah ada yang membuat kapal pembersih sampah dengan sistem tersebut, namun secara umum saat itu memang belum populer.

“Kalau merasa bahwa ide kita masih belum begitu matang, jangan pernah takut untuk mencari kritik atau masukan dari orang-orang yang lebih paham. Biasanya kalau kami mencari kritik maupun masukan dari ikut-ikut lomba.”

Ide dasarnya adalah kapal pembersih sampah ini akan dibuat dengan lambung tengah yang terbuka dan bisa memerangkap sampah serta mengolahnya di kapal itu pula. Mereka lalu menamai model kapal mereka ini The Ganers alias garbage cleaner ship. Ide ini tidak langsung mendapatkan respons positif dari kampusnya, apalagi biaya yang dibutuhkan untuk merealisasikan konsep yang dibuatnya itu bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Idham dan teman-temannya tidak patah semangat. Mereka berusaha mengikutsertakan ide tersebut pada Program Kreativitas Mahasiswa dua tahun berturut-turut meskipun tidak lolos juga. Pada tahun ketiga, setelah melakukan perbaikan konsep dan membuat simulasi serta desain kapal, ide mereka akhirnya mendapatkan hibah dana bantuan Program Kreativitas Mahasiswa kategori Karsa Cipta yang mereka gunakan untuk membuat bentuk kecil dan sederhana dari kapal pembersih sampah tersebut, yang digerakkan menggunakan remote control.

Bentuk kecil dan sederhana dari kapal pembersih sampah yang digerakkan menggunakan remote control.

Ajang SATU Indonesia Awards membuat The Ganers makin dikenal luas di kalangan masyarakat dan berbagai perusahaan teknologi terapan. Sayangnya, mahalnya biaya pembuatan kapal yang sesungguhnya menjadi kendala dalam pelaksanaan ide tersebut. Beberapa perusahaan yang tertarik dengan ide Idham dan teman-teman tidak banyak bisa membantu karena permasalahan biaya pembangunan kapal dengan semua teknologinya. Apalagi tidak semua teknologi tersebut tersedia perantinya di Indonesia.

Selepas lulus dari ITS, Idham dan teman-temannya berpencar dan menjalani profesi mereka masing-masing, yang bisa dibilang jauh dari idealita mereka mewujudkan kapal pembersih sampah tersebut. Namun, Idham masih tetap punya mimpi dan keinginan agar suatu saat konsep The Ganers benar-benar bisa menjadi kenyataan dan membuat perairan di berbagai kota di Indonesia bersih kembali, bukan hanya di Teluk Jakarta. Idham selalu yakin, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search