Merangkai Asa Para Penderes Nira

Rizki Dwi Rahmawan

Somagede, Jawa Tengah

Rizki Dwi Rahmawan mengubah industri gula jawa di Kecamatan Somagede, Jawa Tengah. Dari gula batok ke gula kristal, dari Somagede ke Kaledonia Baru.

Pagi-pagi sekali, pria-pria Desa Kemawi memanjat pohon kelapa, lalu menyayat tandan bunganya. Pada hari kelima, barulah bunga tersebut mengalirkan nira yang ditampung dalam jeriken. Sementara di dapur, para ibu mengolah nira menjadi gula jawa berbentuk batok. Sayang sekali, gula batok dibeli sangat murah oleh para spekulan. Kondisi ini menggerakkan Rizki Dwi Rahmawan untuk membuat perubahan.

Potensi komoditas gula jawa di Kecamatan Somagede, Jawa Tengah, memang sangat besar. Namun, Rizki tahu benar bahwa gula batok tidak bakal bisa dijual di supermarket, dibeli oleh hotel atau restoran, apalagi diekspor. Pasalnya, gula jenis ini tidak awet. Tak sampai sebulan, gula jawa pasti sudah lembab dan berjamur. Bandingkan dengan gula bertekstur kristal atau bubuk yang bisa bertahan hingga bertahun-tahun.

Maka Rizki pun mengawali langkahnya, yakni mengubah gula batok menjadi gula kristal yang lebih tinggi nilai ekonomisnya. Ia dan teman-temannya mendirikan CV Mekanira Nusantara. Biayanya diperoleh dari uang tabungannya sendiri dan investasi dari teman-temannya. Mereka mulai membeli peralatan yang kerap menampang di pameran-pameran UKM.

Namun, upaya Rizki tak serta-merta berjalan dengan mulus. Banyak penderes nira yang skeptis. Untuk apa repot-repot mengubah gula jawa menjadi kristal? Bagaimana kalau gagal atau malah tidak laku? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang menghantui para petani nira. Bahkan ketika sudah mau bergabung, sebagian besar belum terbiasa dengan proses produksi yang mengutamakan kerapian dan kebersihan.

Tak lelah-lelah Rizki dan beberapa temannya melakukan edukasi dan pendampingan. Walaupun awalnya disangsikan, akhirnya ada sekitar 100 petani yang mau bergabung. Dalam enam bulan pertama pada 2011, mereka berhasil memproduksi sekitar 1 ton gula kristal nonkemasan. Sebagian besar dikirim ke Yogyakarta.

“Meski sudah meraih berbagai pencapaian dan penghargaan, salah satunya Astra SATU Indonesia Awards, Rizki tidak berhenti membuat inovasi.”

Inovasi dan Mekanisasi

Seiring waktu, pengembangan terus-menerus dilakukan. Dari yang awalnya memanaskan gula jawa memakai sinar matahari, kini sudah pakai oven. Dari penjualan tanpa kemasan, menjadi penjualan dalam kemasan saset pada 2012.

Untuk melengkapi branding ini, nama SweetJava dipilih sebagai labelnya. Meski begitu, pengemasan SweetJava masih dilakukan secara manual. Para pekerja memasukkan gula kristal ke saset, menyegel, kemudian memasukkan ke karton.

“Saya sempat ikut pameran di Semarang dan ada petani yang menyangka gula kristal SweetJava adalah gula buatan pabrik besar. Padahal, kalau melihat sendiri, gula saset itu dibuat di desa kecil dengan alat yang masih sederhana,” kenang Rizki.

Dengan berbagai pengembangan tersebut, Rizki dan rekan-rekannya meraih hasil yang manis. Jumlah petani yang menyuplai nira mencapai 250 orang. Dalam satu bulan, CV Mekanira Nusantara memproduksi 2.000 kemasan. Sebagian dalam bentuk saset dan sebagian lagi bentuk isi ulang untuk keperluan memasak. Dengan harga Rp 25.000 per kotak, perusahaan mampu meraih omzet Rp 100 juta per bulan.

Ia bercita-cita memiliki mesin pengemas berskala pabrik agar produksi SweetJava bisa digenjot lebih banyak dan lebih cepat. Ia juga berharap industri gula kristal bisa dikerjakan dari hulu ke hilir di wilayah sendiri. Kalaupun nanti ada mesin, tetap dioperasikan oleh tenaga lokal. Supermarket besar dan para importir dari luar negeri juga menjadi targetnya kelak.

Di tengah upayanya mewujudkan mimpi-mimpi tersebut, pandemi hadir. Tidak ada lagi pameran-pameran yang selama ini senantiasa menjadi akses untuk mendatangkan pelanggan atau relasi baru. Meski sudah ada pameran virtual, hasil yang dicapai tidak seoptimal pameran secara luring.

Namun, sekali lagi Rizki membuktikan keteguhannya. Ia tetap menjual SweetJava melalui jalur-jalur yang masih terbuka lebar, antara lain lewat Tokopedia, Instagram, dan jalur ekspor. Tercatat, CV Mekanira Nusantara telah menjual produknya ke Singapura, Australia, Bulgaria, dan Kaledonia Baru.

Produk gula kristal dari Desa Kemawi, Somagede, Jawa Tengah.

Cita-cita Rizki untuk punya mesin pengemas berskala pabrik pun terwujud. Berkat alat tersebut, varian kemasan gula kristalnya pun makin beragam. Kini ada kemasan retail 200 gram, 300 gram, sachetstick 40 x 6 gram, dan kemasan curah karton 20 kilogram.

Berbagai pengembangan yang telah dijalankan oleh Rizki dan rekan-rekan tentu tak akan berhasil tanpa peran serta banyak pihak. Ke depannya, ia berencana memperluas jejaring ke komunitas ekspor. Dukungan dari perusahaan-perusahaan besar dalam hal link and match komunitas ekspor sangat berarti baginya.

Selain itu, Rizki juga ingin melakukan diversifikasi produk dengan memproduksi air kelapa, santan bubuk, tepung kelapa, minyak kelapa, dan lain-lain. Harapannya, dengan upaya-upaya tersebut, SweetJava dapat diterima secara lebih luas, baik di skala nasional maupun internasional.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search