Menanam Seroja, Menuai Sejahtera

Hardinisa Syamitri

Nagari Talang Anau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat

Niat bidan Icha untuk menolong warga justru mendapat banyak perlawanan. Namun, keteguhannya membawa masyarakat Nagari Talang Anau pada kesehatan dan kesejahteraan.

Di Jorong Luak Bega, Nagari Talang Anau, Sumatera Barat, dukun adalah solusi bagi segala masalah. Namun, tradisi tersebut mulai bergeser saat Hardinisa Syamitri tiba pada 2006. Ia menjadi bidan pertama yang bertugas di tempat yang tak mendapatkan akses terhadap pengobatan medis ini.

Pengabdian Icha, sapaan akrabnya, sama sekali tidak mudah. Ia bahkan tak tahu di mana Jorong Luak Begak berada. Padahal, jaraknya hanya sekitar 13 kilometer dari rumahnya di Koto Tinggi. Jangankan Icha, Google Maps pun tidak mampu mengidentifikasi lokasi Luak Begak. Coba saja cari di layanan peta yang serbatahu ini. Pasti hasilnya nihil.

Keheranannya makin bertambah ketika tiba di kampung berpenduduk 500 jiwa lebih ini. Tidak ada listrik dan sinyal ponsel. Jika hujan turun, jalan menjadi berlumpur dan sulit dilewati sepeda motor, apalagi mobil. “Dulu kalau ke sana harus bawa baju ganti. Sebab turun dari sepeda motor, baju akan berubah warna karena debu, apalagi kalau sudah hujan,” kenangnya.

Dengan segala perjuangan itu, Icha masih harus menghadapi pertentangan pola pikir. Sebagai warga baru, Icha disambut dengan baik. Namun sebagai bidan, ia merasa seperti alien yang mendarat di planet baru. Berminggu-minggu di sana, belum ada juga orang sakit atau hamil yang datang meminta bantuan. Semuanya masih mengandalkan dukun. Sejak itu, masyarakat mulai percaya kepada bidan. Bahkan dukun tadi ikut bergabung dalam gerakan yang digagas Icha.

Icha pun mulai mencari cara untuk menaklukkan hati warga, terutama para orang tua. Ia datang dari rumah ke rumah, lalu memberi edukasi kepada lansia yang tinggal di situ. Intinya adalah sosialisasi tentang pentingnya pengobatan medis, terutama bagi ibu hamil dan melahirkan. Selain itu, kegiatan senam pagi juga rutin diadakan.

Awalnya banyak lansia enggan terlibat. Namun, berkat kegigihan Hardinisa pengikutnya semakin bertambah, meski cibiran terhadap Icha masih terus mengalir. Apalagi di sana ada belasan dukun pengobatan alternatif dan seorang dukun beranak yang aktif mengobati warga. Mereka merasa tersaingi.

Suatu ketika, saat Icha membantu persalinan warga, seorang dukun yang masih kerabat dekatnya datang melabrak dan membawa pasien itu pulang. Namun, ketika persalinan di rumah dukun selesai, si bayi tidak bisa menangis. Sang dukun pun panik dan tidak tahu mesti berbuat apa. Akhirnya bayi dikembalikan ke bidan Icha. Untungnya Icha berhasil membuat bayi itu menangis sehingga organ-organnya berfungsi dengan baik.

Sejak itu, masyarakat mulai percaya kepada bidan. Bahkan dukun tadi ikut bergabung dalam gerakan yang digagas Icha.

Warna-warni Mekarnya Seroja

Pada 2008 Icha dipindahtugaskan ke Puskesmas Pembantu Talang Anau di Jorong Talang Anau. Misi Icha masih sama, mengajak para lansia untuk hidup sehat dan sadar akan pengobatan medis. Icha masih menggunakan cara yang sama, yakni memberikan penyuluhan dan kegiatan senam bersama bagi para lansia. Pada 2010, ia menyematkan nama Sehat Rohani dan Jasmani (Seroja) pada gerakan ini.

Seiring terus berkembangnya gerakan Seroja, masyarakat juga mulai meninggalkan jasa dukun dalam hal persalinan. Bahkan dukun yang tergabung dalam gerakan Seroja sendiri juga makin banyak. Gerakan Seroja mekar dengan cepat ke tiga jorong Nagari Talang Anau, Kecamatan Limapuluh Kota. Masing-masing di Jorong Luak Begak, Jorong Talang Anau, dan Jorong Simpang Padang.

Kegiatan senam pagi bersama lansia di Desa Jorong Luak Bega, Nagari Talang Anau, Sumatera Barat.

Setelah sukses di bidang kesehatan, Icha mengembangkan Seroja ke level selanjutnya. Para lansia juga dilatih untuk memanfaatkan barang-barang bekas menjadi kerajinan tangan. Barang-barang tak bernilai itu mereka jadikan dompet, tas, pot bunga, map, dan sebagainya. Variasi kegiatan semacam ini diyakini dapat menyehatkan pikiran dan menunda kepikunan lansia.

“Bisa dibilang saya bekerja 24 jam. Kalau ada yang sakit dan meminta pertolongan, selagi saya sanggup, pasti dilayani,” pungkasnya.

Seroja di Tengah Pandemi

Gerakan Seroja tak luput dari hantaman pandemi Covid-19. Kegiatan masyarakat yang lazimnya dilakukan beramai-ramai pun menjadi dibatasi. Apalagi hampir semua anggotanya adalah lansia, yang dikategorikan sebagai golongan paling rentan terhadap dampak virus mematikan tersebut.

Gawatnya lagi, masih sangat banyak warga yang tidak tahu dan tidak peduli terhadap pandemi. Maka, jika dahulu Icha berjuang meyakinkan warga untuk beralih ke pengobatan medis, kini ia mendapat tantangan baru, yaitu mengedukasi mereka soal bahaya virus Covid-19.

Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat yang dilakukan oleh Gerakan Seroja.

Icha meminta warga untuk disiplin menaati protokol kesehatan, dari memakai masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Ini bukan misi yang mudah, tetapi Icha telah terbukti mampu melewati hal-hal sulit di sepanjang pengabdiannya.

Sama seperti daerah lain, Covid-19 juga telah merambah ke Nagari Talang Anau. Gerakan Seroja dan sepak terjang bidan Icha tak lagi selincah dahulu. Namun, langkahnya tak terhenti. Ia siap membuka pintu puskesmasnya kapan saja, tiap kali warga desa membutuhkan pertolongannya.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search