Lika-Liku Bisnis Atraktan

Andy Suryansah

Krembangan, Surabaya

Peringatan! Penerima penghargaan sudah tidak lagi menjual alat antinyamuk Falle sejak awal 2020. Sebelum pandemi sudah mulai setengah vakum karena terkendala hal teknis, seperti persoalan SDM. Munculnya pandemi membuat keputusan untuk menghentikan produksi dan penjualan Falle semakin kuat. Sekarang, Andy fokus di bidang bahan bakar industri (khususnya solar industri) dan medis (medical check-up).

Serba-serbi pembasmi nyamuk elektrik telah lama hadir di Indonesia. Namun, perangkap nyamuk buatan Andy Suryansah memang lain dari yang lain. Untuk menciptakan mesin pembunuh yang mematikan, lulusan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Jurusan Teknik Komputer ini meneliti perilaku nyamuk terlebih dahulu. Hasilnya, sebuah atraktan alias perangkap nyamuk elektrik bernama Falle.

Andy tinggal di Kampung Dupak Rukun, Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya. Cukup banyak warga yang terserang demam berdarah di sana, termasuk dirinya sendiri.

“Kondisi tersebut memicu anak kedua dari empat bersaudara ini untuk merancang alat pembasmi nyamuk yang efektif.”

Sebelum menciptakan produk yang diinginkan, Andy mengumpulkan beberapa elemen yang akan digunakan, seperti lampu dan kawat kasa. Bahkan perilaku dan karakter nyamuk pun ia teliti. Sasaran tembak alat ini adalah nyamuk betina. Sebab, nyamuk betinalah yang menjadi sumber perkembangbiakan nyamuk secara cepat.

Untuk menjebak nyamuk betina, Andy mempelajari karakter nyamuk jantan melalui sejumlah literatur. Akhirnya, ditemukanlah suara khas nyamuk jantan yang membuat nyamuk betina mendekat. Suara nyamuk jantan inilah yang kemudian ditiru Andy dengan memanfaatkan gelombang audiosonik. Selain lewat suara, nyamuk juga dijebak dengan teknologi sinar ultraviolet (UV).

Berbekal hasil penelitian ini, Falle pun dibuat. Komponennya terdiri dari rangkaian sumber daya listrik, pembangkit frekuensi audiosonik, rangkaian penyengat, serta lampu UV yang dilengkapi boks kawat kasa dua lapis.

Cara Kerja

Saat dinyalakan, pembangkit frekuensi audiosonik akan memancarkan gelombang dengan frekuensi tertentu sehingga menarik perhatian nyamuk betina untuk mendatangi sumber gelombang. Lampu UV akan memancarkan sinar UV yang disukai serangga, termasuk nyamuk.

Nyamuk yang tertipu akan mendekat, kemudian menyentuh kasa aluminium yang sudah teraliri arus listrik. Alhasil, nyamuk betina akan tersetrum sampai mati. Meski dialiri listrik, kasa ini aman bagi manusia. Apalagi, Falle dilengkapi lapisan pelindung berupa kerangka kayu dan kasa biasa sehingga tangan kita tidak langsung bersentuhan dengan kasa elektrik tersebut.

Diagram Falle

Jatuh Bangun Si Kotak Nyamuk


Di kawasan tropis seperti Indonesia, populasi nyamuk melesat bak laju mobil balap Formula 1. Hal ini membuat kebutuhan produk antinyamuk di sini menjadi amat besar. “Bayangkan saja, sekali bertelur, nyamuk betina bisa menghasilkan 200 butir,” tutur Andy Suryansah.

Produk yang paling populer memang obat nyamuk konvensional, baik yang bakar maupun elektrik. Namun, efek samping bahan kimia dari obat nyamuk sering menjadi alasan banyak orang untuk mencari alat pembasmi nyamuk elektrik, misalnya raket nyamuk dan perangkap nyamuk (atraktan) seperti yang dibuat oleh Andy.

Andy menyebut, untuk memproduksi atraktan elektronik yang tidak menggunakan bahan kimia dibutuhkan biaya Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Perinciannya, sekitar 20 persen untuk menyiapkan bengkel dan peralatan produksi, seperti solder dan penyedot timah. Anggaran untuk penyediaan bahan baku sekitar 35% dari modal. Porsi yang sama dialokasikan untuk berbagai kegiatan marketing dan sisanya untuk tenaga kerja.

Kendala terbesar usaha ini adalah persaingan. Banyak yang meminati barang yang harganya murah. Karena itu, Andy mengupayakan agar produk bisa tampil unik dan bisa diproduksi dengan lebih murah. Ia merancang tiga varian badan produk Falle, yaitu hitam, jati atau natural, dan batik. Masing-masing dibanderol Rp 300.000, Rp 400.000, dan Rp 500.000.

“Sayangnya, mengelola bisnis atraktan tak sesederhana menepuk nyamuk. Pengembangan Falle terkendala beragam persoalan teknis, khususnya sumber daya manusia.”

Ketiga jenis Falle itu memiliki luas jangkauan menarik nyamuk yang sama, yaitu 4 meter x 4 meter. Dari dua basis produksinya di Klaten dan Malang, tiap bulan Andy bisa menghasilkan 300–350 unit alat pembunuh nyamuk yang menggunakan listrik itu.

Untuk memasarkan hasil produksinya, Andy menggunakan jasa agen. Pada 2015, Falle memiliki delapan agen yang tersebar di Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Malang. “Dalam sebulan produk yang terjual sebanyak 250 hingga 300 unit,” tutur Andy.

Selain itu, Andy juga didesak oleh berbagai kebutuhan dan agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini membuat produksi dan distribusi Falle terus menurun. Puncaknya adalah pandemi yang menghantam Indonesia sejak Maret 2020. Momen ini makin memantapkan langkah Andy untuk memadamkan cahaya ungu lampu Falle. Kini, ia fokus mengelola usaha yang bergerak di bidang solar industri dan medis.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search