Kusta Tak Lagi Menjadi Stigma di Pasuruan

Ratna Indah Kurniawati

Kecamatan Grati, Pasuruan, Jawa Timur

Sebanyak 30 orang penderita kusta dari keluarga tidak mampu di Kecamatan Grati, Pasuruan, kini sudah bisa berkarya dan mempunyai penghasilan.

Pada 2008, stigma masyarakat kepada penderita kusta di Pasuruan, Jawa Timur, khususnya yang tinggal di Kecamatan Grati, masih tinggi. Dari 9 desa di Kecamatan Grati, sekitar 400 penduduknya terkena kusta. Ditambah lagi, banyak dari mereka yang mengalami cacat. Jadilah para penderita kusta saat itu sebagai orang yang terkucilkan di masyarakat. Tapi kini situasinya sudah berubah. Para penderita kusta di sana tidak lagi terkucilkan, tapi malah sudah banyak yang memiliki karya sendiri dan bahkan beberapa sudah ada yang bekerja di luar daerah Pasuruan.

Ratna Indah Kurniawati adalah salah satu sosok yang ada di balik perubahan itu. Pengabdiannya kepada para penderita kusta ini berawal sejak dirinya ditunjuk mengelola program kusta di Puskesmas Grati. Ia sendiri sudah bekerja sebagai perawat di puskesmas ini sejak 2004. Saat itu, Grati merupakan satu dari tiga daerah yang warganya banyak menderita kusta. Sedangkan hampir semua perangkat desa antipati terhadap penderita kusta. Mereka menganggap bahwa penyakit ini sangat berbahaya dan menular.

Dia merasa kasihan melihat para penderita kusta yang hampir semuanya berasal dari keluarga yang tidak mampu itu. Dengan kondisi yang mereka miliki, dampak kesulitan mencari pekerjaan pun semakin menambah beban mereka. “Mulai saat itu, saya pun mempunyai inisiatif bagaimana supaya stigma kusta di masyarakat itu menurun. Saya juga ingin agar orang-orang yang menderita kusta itu bisa hidup berkarya, bisa bekerja, dan bisa mandiri,” tuturnya.

Pada 2009, Ratna lalu membentuk sebuah wadah yang ia namakan Kelompok Perawatan Diri (KPD) Sehat Bersama. Ia mengumpulkan orang-orang yang pernah mengidap maupun yang sedang menjalani perawatan kusta untuk diajak bergabung dalam KPD yang dibentuknya itu. Waktu itu ada sekitar 14 penderita kusta yang mau diajak bergabung. Mereka berasal dari daerah endemis kusta seperti Desa Rebalas, Karanglo, Triwung, dan Kalipang. Secara rutin Ratna mengadakan pertemuan sebulan sekali dengan mereka secara bergantian di balai desa yang ada di daerah endemis kusta.

Ratna sempat tidak diperbolehkan aparat desa karena takut pertemuan para penderita kusta itu akan menularkan penyakitnya ke masyarakat. “Tapi, saya coba melakukan pendekatan kepada kepala desanya dan meyakinkan bahwa kusta itu tidak gampang menular. Penularannya perlu beberapa tahun dan harus berkumpul lama dengan orang yang terkena kusta. Untungnya mereka menerima penjelasan saya,” katanya.

Dalam setiap pertemuan KPD, selain tetap memotivasi para penderita kusta, Ratna juga mengajari cara perawatan luka secara mandiri dan meminta mereka untuk mempraktekkannya di rumah. Bulan depannya, ia melakukan evaluasi untuk mengetahui perkembangannya.

“Tidak hanya mengajari perawatan luka, Ratna juga berusaha agar bisa memberdayakan para penderita kusta yang ada di KPD. Ia ingin mereka bisa punya usaha untuk menambah penghasilan.”

“Tidak hanya mengajari perawatan luka saja, Ratna juga berusaha bagaimana agar bisa memberdayakan para penderita kusta yang ada di KPD. Ia ingin mereka bisa punya usaha untuk menambah penghasilan.”

Pada 2010, Ia mencoba mengajukan proposal usaha kepada Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Pasuruan bersedia menjalin kerja sama dengan KPD Sehat Bersama. “Waktu itu, untuk pertama kali mereka yang perempuan diberi pelatihan menjahit dan diajari cara menyulam jilbab. Kemudian, untuk yang laki-laki, diajari bagaimana cara beternak jangkrik, kambing, dan lain-lain,” ucap Ratna.

Pemerintah Kabupaten Pasuruan juga menghibahkan mesin jahit. Hasilnya, para perempuan penderita kusta anggota KPD telah menghasilkan produk jilbab dan taplak meja. Hasil kriya para penderita kusta itu pun dipasarkan di wilayah Pasuruan.

Jumlah peserta KPD terus bertambah setiap tahun. Dari 2010 hingga 2019 ada penambahan 20 hingga 50 orang. Salah seorang penderita kusta, Ahmad, juga berhasil beternak jangkrik. Ia sudah memiliki usaha sendiri beternak jangkrik. Per bulan ia bisa memanen 26 kilogram jangkrik. Selain Ahmad, beberapa penderita kusta yang sudah sembuh juga ada yang bekerja di luar kota.

Pada 2020 hingga 2021 ini, ada hampir 100 penderita kusta yang dibina di KPD Sehat Bersama bentukan Ratna, meskipun yang aktif hanya 50 orang. Sebanyak 30 orang sudah bisa berkarya dan mempunyai penghasilan. Bahkan ada 9 orang yang menjadi peer educator, dan 33 orang sudah disebar sebagai kader kusta. l

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search