Dari Susu Listrik ke Produsen Mesin

Hadi Apriliawan

Malang, Jawa timur

Hadi Apriliawan mengawali karirnya dari kegelisahan terhadap susu yang cepat basi. Kini, ragam mesin yang ia hasilkan semakin luas dan terus berkembang.

Kandang sapi tampak berjajar di berbagai sudut Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pasalnya, sebagian besar penduduknya bekerja sebagai peternak sapi perah. Karena profesinya sama, masalah yang mereka hadapi juga serupa, yakni susu yang dipanen lekas basi.

Selain cepat basi, minimnya penggunaan teknologi juga membuat para peternak harus rela menjual susu sapinya dengan harga murah. Kondisi ini memicu Hadi Apriliawan, pemuda setempat, untuk terus-menerus berupaya mencari solusinya. Jalan bagi Hadi terbuka pada 2007. Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang ini berkesempatan mengikuti Program Kreatif Mahasiswa (PKM).

Hadi membaca puluhan jurnal penelitian serta berkonsultasi dengan dosen untuk menemukan teknologi yang bisa membuat susu lebih awet. Pencariannya berujung pada sebuah buletin dari Jepang. Dalam buletin itu tertera, daging ikan sebagai bahan utama sushi disimpan dengan teknologi pasteurisasi kejut listrik bertegangan tinggi agar tidak mudah busuk.

Maka tercetuslah ide di benak Hadi. Jika daging bisa diawetkan dengan pasteurisasi, susu yang sama-sama bersifat konduktor atau penghantar listrik harusnya juga bisa. Idenya tidak serta-merta meluncur mulus menjadi suatu produk yang spektakuler. Ia harus melewati banyak rintangan untuk mewujudkan mimpinya membantu penduduk Desa Sragi. Dari ditolak dosen pembimbing hingga percobaan yang gagal sering ia alami.

Berkat usaha tak kenal lelah bersama mahasiswa dari fakultas lain, percobaan Hadi membuahkan sebuah purwarupa alat pasteurisasi plasma kejut listrik pada 2011.

Alat itu diberi nama Latte Electricity atau dikenal pula dengan julukan susu listrik (Sulis). Alat pertamanya berkapasitas 3–5 liter. Baru setelah melakukan riset selama dua setengah tahun, pria kelahiran 21 April 1989 ini menemukan formula yang benar-benar optimal. Selanjutnya, melalui CV Inovasiana Anak Negeri, Hadi memproduksi dua jenis mesin Sulis, yakni kapasitas 20 liter dan kapasitas 1,2 ton dengan tegangan 50–100 kilovolt.

Selain kapasitas yang besar, mesin ciptaan Hadi juga mematikan 98 persen bakteri jahat dalam susu perah, tanpa merusak nutrisinya. Berbeda dengan mesin pasteurisasi termal yang rentan mereduksi nutrisi susu.

Inovasi ini segera meningkatkan kesejahteraan peternak sapi Banyuwangi, Malang, dan sekitarnya. Banyak peternak yang dahulu bergantung pada KUD dan perusahaan, beralih menjual susu pasteurisasi dalam kemasan. Bahkan, produsen susu berskala nasional juga memesan mesin dari Hadi. Selain itu, masih ada pesanan dari luar negeri, seperti Malaysia, Filipina, Amerika Serikat, dan Singapura.

Sulis Hanyalah Awal

Kehadiran Sulis tak membuat Hadi berpuas diri. Pada 2015, ia mendirikan PT MaxZer Solusi Steril yang memproduksi mesin dengan alat-alat dan fasilitas uji laboratorium yang lebih lengkap dan modern. Perusahaan ini juga mengadakan pelatihan pasteurisasi serta pembuatan produk turunan susu, dari keju, yogurt, hingga sabun.

Pabriknya berlokasi di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Di sinilah pria lulusan S-2 Bioteknologi Universitas Brawijaya dan National Pingtung University Taiwan itu merancang aneka ragam mesin agroindustri. Ada yang digunakan untuk keperluan pertanian, peternakan, perikanan, hingga perkebunan.

Kini, PT MaxZer Solusi Steril memiliki empat lini usaha, yakni mesin teknologi tepat guna (Maxzer Mesin), pengering (Maxzdryer), pembersih (Maxzclean), dan laboratorium uji (Maxzlab). Di bagian produksi mesin, Maxzer telah mengeluarkan mesin pemeras jeruk, mesin pres hidrolik, disk mill cyclone, grinder mill, disk mill penepung, dan masih banyak lagi.

Berkat usaha tak kenal lelah bersama mahasiswa dari fakultas lain, percobaan Hadi membuahkan sebuah purwarupa alat pasteurisasi plasma kejut listrik pada 2011.

Sementara mesin pengeringnya berguna untuk mengubah bahan cair menjadi serbuk. Bahan yang diolah dengan mesin ini, antara lain susu bubuk, sari buah instan (minuman serbuk), dan jahe instan. Alatnya sendiri disebut dengan ekstraktor. Selain itu, ada pula produk-produk kebersihan alias Maxzclean berupa tiga varian sabun, yaitu sabun cuci tangan, pembersih lantai, dan pencuci piring.

Maxzlab, yang berdiri pada 2016, menjadi laboratorium pangan swasta pertama di Malang. Langkah itu untuk menjawab kebutuhan analisis pangan bagi para pelaku usaha ataupun mahasiswa. Dalam beberapa tahun terakhir, Maxzer kerap memproduksi mesin yang mendukung industri rumahan. Di antaranya mesin sterilisasi botol agar sambal tidak cepat basi, mesin pemeras santan kelapa, hingga mesin pemarut jahe.

Maxzlab, yang berdiri pada 2016, menjadi laboratorium pangan swasta pertama di Malang. Langkah itu untuk menjawab kebutuhan analisis pangan bagi para pelaku usaha ataupun mahasiswa.

Pada masa pandemi, Maxzer memberikan kontribusi dengan sejumlah penyesuaian. Pemberian diskon besar dan cashback dilakukan demi mendorong geliat berbagai industri pangan yang sempat lesu dihantam pandemi.

Peraih ASEAN Entrepreneur Award (AEA) Japan 2016 ini memiliki impian ingin mempunyai 100 pabrik seperti yang ada di Malang saat ini. Hadi ingin memberikan ruang berkarya bagi anak-anak muda berbakat yang memiliki minat terkait aneka ragam mesin.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search