SAAT DIFABEL JADI AGEN PERUBAHAN DI NUSA TENGGARA TIMUR

ELMI SUMARNI ISMAU

KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR

Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas Untuk Inklusi mengajak para difabel di Nusa Tenggara Timur  agar mampu dan bisa berpartisipasi juga dalam  berbagai sektor kehidupan.

Elmi Sumarni Ismau, bersama Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Kupang sedang melakukan diskusi bersama terkait dampak pandemi dalam kehidupan mereka sehari-hari.

MESKI baru berdiri di tengah kondisi pandemi Covid-19, Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas Untuk Inklusi (Garamin NTT) langsung turut serta memberikan edukasi terkait virus Covid-19 dan bantuan pendampingan kepada para penyandang disabilitas di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Para difabel dibukakan akses agar bisa mendapatkan vaksinasi Covid-19 yang sulit didapat karena terkendala administrasi tidak memiliki e-KTP dan kartu keluarga. Tidak hanya itu, Garamin NTT juga turut membantu dalam penanganan Badai Seroja yang menerjang NTT pada April 2021 lalu.

Salah satu pencetus berdirinya Garamin NTT ini adalah Elmi Sumarni Ismau, yang juga seorang penyandang disabilitas yang mengalami amputasi pada kedua kakinya. Dia menginisiasi organisasi ini bersama lima orang difabel lainnya, yaitu Yafas Aguson Lay (amputasi tangan kiri), Dinna  Novista Noach (disabilitas mini), Yani Nunuhitu (menggunakan tongkat ketek), Yunita Baitanu  (difabel fisik dan intelektual), dan satu orang non-disabilitas Berti Soli Dima Malingara. Mereka membentuk organisasi ini pada 14 Februari 2020 untuk mengubah pola pikir masyarakat kepada para penyandang disabilitas yang dianggap selalu membutuhkan belas kasihan dan seharusnya diurus oleh dinas sosial. 

Elmi mengatakan masih banyak masyarakat yang belum paham dengan isu inklusi disabilitas, sehingga  perlakuan mereka terhadap difabel masih dianggap sebagai model charity atau belas kasihan. Ada juga yang menganggap bahwa difabel itu merepotkan, orang yang selalu membutuhkan  bantuan. Inilah menurut Elmi yang masih menjadi pekerjaan rumah  besar Garamin NTT, yaitu untuk terus menyuarakan terkait pemenuhan hak-hak penyandang  disabilitas dalam semua lintas sektor tanpa ada satu orang pun yang tertinggal.

Salah satu pekerjaan rumah  yang jadi prioritas Garamin NTT adalah untuk terus menyuarakan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dalam semua lintas sektor tanpa ada satu orang pun yang tertinggal.

Elmi Sumarni Ismau membantu salah satu anggota Pertuni. Kupang, Nusa Tenggara Timur. 

“Karenanya, kami mencoba mendata teman-teman difabel, menjalin kerja sama  dengan pemerintah daerah, serta mengedukasi teman-teman difabel di Nusa Tenggara Timur  pada umumnya dan Kupang pada khususnya, agar mampu dan bisa berpartisipasi juga dalam  berbagai sektor kehidupan,” ujar wanita kelahiran Oesena, 19 Agustus 1993 ini.

Salah satu pekerjaan rumah yang jadi prioritas Garamin NTT adalah untuk terus menyuarakan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dalam semua lintas sektor tanpa ada satu orang pun yang tertinggal.

Meski baru berdiri, Garamin NTT sudah dihadapkan pada situasi pandemi Covid-19, yang membuat mereka tergerak untuk ikut membantu pemerintah dalam mengurangi penyebaran wabah itu di masyarakat, khususnya kaum difabel. Mereka memberikan edukasi terkait virus Covid-19 dan bantuan pendampingan kepada para penyandang disabilitas di Kupang. Apalagi, penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok yang rentan terdampak Covid-19. Berdasarkan survei singkat dampak pandemi terhadap difabel yang ada di Nusa Tenggara Timur yang didukung oleh jaringan disabilitas nasional pada Maret 2020, ada sekitar 79 persen  responden yang mengatakan mereka terdampak negatif akibat pandemi. 

Dalam menjalankan kegiatannya itu, Garamin NTT menenemui sejumlah rintangan. Pandemi Covid-19 memaksa pelaksanaan kegiatan organisasi dan pertemuan dengan para difabel lainnya dan masyarakat harus dilakukan secara daring atau online. Terlebih masih minimnya literasi digital kelompok penyandang disabilitas dan juga aparat pemerintah setempat dalam menggunakan aplikasi telekonferensi untuk kegiatan daring. Selain itu, saat ada kegiatan luring, kendala yang dihadapi ialah perizinan dari pengasuh panti agar penyandang disabilitas bisa mengikuti kegiatan. Selain itu, masih banyak penyandang disabilitas lain yang berusia 17 tahun ke atas tapi belum memiliki tanda pengenal seperti e-KTP dan KK. “Kami membukakan akses agar mereka bisa mendapatkan vaksinasi COVID-19,” ujar Elmi.

Hingga  saat ini, Garamin NTT sudah memiliki 25 relawan yang terdiri dari teman-teman difabel dan juga non disabilitas. Kedepannya, Elmi Sumarni Ismau berharap Garamin NTT bisa meningkatkan kapasitas kelompok difabel di desa-desa. 

Elmi Sumarni Ismau, bersama para anggota Garamin. Kupang. Nusa Tenggara Timur. 

Garamin NTT menjadikan Desa Oelomin di Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang,  sebagai desa percontohan Penyandang disabilitas di sana sudah dilibatkan dalam setiap kegiatan yang ada di desa selama pandemi Covid-19. “Pemerintah provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan desa pelan-pelan juga sudah mulai melibatkan teman-teman difabel, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah,” kata Elmi. 

Tidak hanya itu, Garamin NTT juga turut membantu dalam penanganan badai Seroja yang menerjang NTT pada April 2021. Saat itu para relawan Garamin ikut terjun langsung ke lokasi bencana dengan melewati medan yang terjal untuk membantu para difabel di lokasi bencana. Karena, badai Seroja yang melanda saat itu juga membuat akses untuk air bersih sangat sulit untuk teman teman difabel,” tuturnya. 

Hingga saat ini, Garamin NTT sudah memiliki 25 relawan yang terdiri dari teman-teman difabel dan juga non-disabilitas. Ke depannya, Elmi Sumarni Ismau berharap Garamin NTT bisa meningkatkan kapasitas kelompok difabel di desa-desa.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search