MELAHIRKAN PETANI MILENIAL DARI PESANTREN

RIZKI HAMDANI

JOMBANG, JAWA TIMUR

Santri diyakinkan bahwa memiliki keterampilan seperti bertani, beternak, atau budi daya ikan bisa menjadi alternatif setelah keluar dari pondok.

Rizki Hamdani berada di lahan pertanian yang dikelola oleh kelompok santri tani milenial.

MESKIPUN pertanian dan peternakan adalah sektor yang fundamental, profesi petani sering dianggap  tidak memiliki masa depan cerah. Minat generasi muda pada pertanian dan peternakan juga semakin rendah dan tidak bisa diharapkan sebagai mata pencaharian. Melihat langsung fenomena ini, Rizki Hamdani bertekad mengubah paradigma tersebut dan meyakinkan generasi muda bahwa kedua profesi itu juga menjanjikan penghasilan yang baik. 

Seiring berjalannya waktu, sarjana kesehatan publik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu mengembangkan sistem pertanian terpadu atau integrated farming system (IFS). Dekat dengan komunitas pesantren, Rizki memutuskan untuk membina para santri di pondok pesantren. Pada 2017, awalnya Rizki memulai dengan program pertanian terpadu bekerja sama dengan Ahmad Habibul Amin, pengasuh pondok Fathul Ulum di Jombang, Jawa Timur. 

Rizki kemudian mulai merintis kelompok wirausaha sosial yang diberi nama Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM). Ini merupakan wadah bagi sejumlah pondok pesantren di Jombang untuk memberdayakan perekonomian santrinya dengan kegiatan bertani, beternak, dan budi daya ikan. Saat ini sudah ada puluhan kelompok santri tani yang tersebar di seluruh Jombang. 

Tidak mudah bagi Rizki untuk mengajak para santri muda mulai bertani dan beternak. Kendala yang dihadapi Rizki adalah bagaimana cara mengorganisasi seluruh kelompok tani yang ada di Jombang. Menurutnya, mengorganisasikan kegiatan perlu dilakukan agar semua kelompok memiliki visi yang sama. Sebagai solusinya, Rizki kemudian membentuk kepengurusan induk yang berbadan hukum sebagai payung bagi para kelompok tani.

Selain itu, ia merasa mempertahankan kemauan dan semangat para santri untuk terus menekuni kegiatan ini juga cukup sulit. Rizki mengatakan bahwa banyak santri yang berhenti di tengah program, antara lain karena bosan, gagal dalam berkegiatan, atau tergoda menekuni kegiatan lain. Karenanya, Rizki menyiasatinya dengan menggandeng para kiai pondok untuk meyakinkan para santri. Melalui wejangan dari para kiai, santri diyakinkan bahwa memiliki keterampilan seperti bertani, beternak, atau budidaya ikan bisa menjadi alternatif setelah keluar dari pondok.

KSTM memiliki program unggulan lain, yaitu Ngaji Tani. Dalam program ini, kegiatan utamanya adalah mengaji yang diselingi dengan edukasi mengenai pertanian maupun peternakan.

Rizki Hamdani saat berada di kolam lele yang dikelola oleh kelompok santri tani milenial.

Setelah melalui berbagai perjalanan yang cukup berliku, upaya KSTM pun mulai menunjukkan hasil. Kelompok tani sorgum dan kelompok pelaku usaha potong unggas mengalami peningkatan pendapatan setelah disediakan fasilitas pengolahan pasca-panen. Untuk kelompok peternak unggas, mereka diberi kesempatan mengurus sertifikasi halal dalam pemotongan hewan.

Di sisi lain, KSTM memiliki program unggulan lain, yaitu Ngaji Tani. Dalam program ini, kegiatan utamanya adalah mengaji yang diselingi dengan edukasi mengenai pertanian maupun peternakan. Kegiatan edukasi ini diprioritaskan untuk santri berusia 15 tahun ke atas dengan tujuan mereka bisa mengembangkan keterampilannya lebih jauh lagi. Sebagai model prakteknya, para santri diminta mendesain inovasi pangan baru yang memakai lahan seluas 1,5 meter x 2,5 meter. 

FOKUS KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN

Menggerakkan santri milenial adalah pilihan strategis untuk meningkatkan produktivitas pertanian baik secara lokal maupun dalam skala nasional.

Rizki berharap program Kelompok Santri Tani Milenial bisa terus berjalan di sejumlah pesantren. Ia menyebut programnya merupakan salah satu upaya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Karenanya disebut sistem pertanian terpadu dengan prinsip zero waste. Prinsip ini diterapkan dengan memanfaatkan limbah peternakan sebagai pupuk organik untuk lahan pertanian. Ketika sayuran panen, ada limbah sayur yang bisa diolah menjadi pakan lele dan pakan sapi. Dari kolam lele, airnya bisa dipakai untuk menyiram lahan pertanian. 

Ia juga mencoba sejumlah cara untuk menarik minat santri terlibat dalam program ini. Salah satunya mengajak mereka berpraktek simulasi beternak atau bertani. Para santri yang berminat akan diminta membuat program dan mempresentasikan kepada pengasuh pondok. Setelah usulannya dianggap layak, pengasuh pondok memberi modal untuk budidaya. Para santri pun diwajibkan membeli semua kebutuhan ternak atau taninya sendiri. 

Ketika panen tiba, santri akan diminta berbagi profit untuk infak, badan usaha pesantren, dan investor. Sisanya bisa disimpan oleh para santri untuk tabungan. Jika rugi, santri tak diminta sepeser pun untuk mengembalikan modal. Rizki menilai strategi ini bisa menarik minat para santri untuk mencoba menjadi wirausaha dan menekuni pertanian dan peternakan. Praktek secara langsung tentu akan memberikan pengalaman yang berbeda daripada sekadar menerima pelatihan teori.

Integrated Farming System pun telah masuk ke kurikulum pesantren. Hal ini membuat semua santri di pondok pesantren Fathul Ulum mampu mencapai target produksi dan bekerjasama dengan swasta dalam beternak bebek pedaging. Pesantren memiliki potensi sebagai saluran menciptakan regenerasi petani. 

Menggerakkan santri milenial adalah pilihan strategis untuk meningkatkan produktivitas pertanian baik secara lokal maupun dalam skala nasional.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search