NAMA UNIK DAN “GAK BERES” JADI STRATEGI DAGANG ES KEKINIAN

YUDI EFRINALDI

ASAHAN, SUMATERA UTARA

Dengan Es Gak Beres, lapangan kerja bertambah, kondisi ekonomi membaik, bahkan tidak hanya bagi karyawan, tapi juga bagi mitra cabang.

Warga membeli aneka jenis minuman di stand Es Gak Beres. 

JIKA melihat nama yang dipilih Yudi Efrinaldi dalam memulai usahanya menjual eskekinian, pasti akan timbul pertanyaan. Bagaimana bisa menjual sesuatu dengan nama yang aneh dan tidak lazim? Nama Es Gak Beres yang dipilih Yudi tentu tak bisa dibilang ideal di dunia marketing ataupun branding. Bagaimana bisa sukses berjualan jika nama produk jualannya saja sudah “Gak Beres”?

Namun, berkat nama yang “Gak Beres” ini, Yudi malah meraih kesuksesan. Pemilihan nama yang unik dan cenderung menabrak norma strategi branding ini menurut Yudi malah membuat orang-orang jadi penasaran. Dari rasa penasaran tersebut banyak orang membeli karena coba-coba hingga akhirnya membuktikan bahwa rasa “Es Gak Beres” ini sebenarnya benar-benar beres.

Es Gak Beres sendiri bukan nama jenis minuman seperti es kelapa, rumput laut, sekoteng, atau lainnya. Melainkan merek dagang yang menjual produk minuman es segar dengan harga yang terjangkau. Dari modal awal sekitar satu jutaan. Kini Es Gak Beres telah memiliki hampir 500 mitra cabang yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.

Yudi Efrinaldi mendirikan Es Gak Beres pada 2019. Pria lulusan SMA Muhammadiyah 8 Kisaran ini memang sudah mulai merintis beberapa macam usaha kuliner sejak 2017. Namun, karena persaingan, usaha yang ia mulai sejak mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pegawai honorer itu harus dihentikan. Satu usaha berhenti tidak berarti pintu usaha lain tertutup.

Pada bulan Ramadhan tahun 2019, Yudi memulai usaha es kekinian ini dengan menggunakan nama yang unik dan terbilang tabu sebagai strategi dagangnya.

Pada bulan Ramadhan tahun 2019, Yudi memulai usaha es kekinian ini dengan menggunakan nama yang unik dan terbilang tabu sebagai strategi dagangnya.

Saat awal berdiri, Es Gak Beres hanya memiliki tiga varian rasa. Namun Yudi terus berinovasi menambah varian hingga mencapai 50 macam. Semua diramu sendiri oleh Yudi dengan bahan-bahan yang berkualitas. Tanpa disangka, usaha ini dapat bertahan dan terus berkembang. Awalnya Es Gak Beres hanya dijajakan di pinggir jalan daerah Kisaran. Namun, melihat penjualan yang meningkat, Yudi pun mulai membuka outlet baru di daerah lain dalam satu kecamatan.

Yudi tidak pernah menyangka usaha ini bisa bertahan bahkan berkembang lebih dari usaha sebelumnya. Ia tidak pernah berencana untuk menjaring mitra dan membuka cabang di banyak tempat. Mitra pertama Yudi adalah seorang pedagang es yang merasa tersaingi. Pedagang tersebut kemudian meminta bantuan Yudi untuk membuka usaha Es Gak Beres di daerahnya. 

Keberhasilan yang dirasakan Yudi mulai dalam Es Gak Beres disebarkan dengan membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin berjualan es dengan menggunakan merek yang sama.

Yudi Efrinaldi mengecek laporan dari pekerja terkait stok dan penjualan. 

Mitra yang ingin bergabung menjadi mitra bisa menghubungi Yudi melalui DM Instagram ataupun WhatsApp. Dengan modal Rp 3,9 juta, mitra yang ingin membuka cabang bisa bergabung dan menggunakan merek dagang Es Gak Beres. Jumlah tersebut sudah termasuk bahan baku dan keperluan lain sampai siap berjualan. Agar tidak ada oknum yang membuka usaha dengan nama yang sama, merek Es Gak Beres juga telah didaftarkan pada DKJI Kemenkumham.

Keberhasilan yang dirasakan Yudi dalam berjualan Es Gak Beres disebarkan dengan membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin berjualan es dengan menggunakan merek yang sama.

Melalui usaha ini, Yudi mampu bangkit memperbaiki kondisi ekonominya dan bahkan membuka lapangan pekerjaan. Tidak hanya bagi karyawan, tapi juga bagi mitra cabang. Kini Yudi telah memiliki hampir 500 mitra cabang Es Gak Beres di berbagai daerah. Jumlah tersebut tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Aceh, Jambi, Lampung, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Dengan jumlah cabang terbanyak di Sumatera Utara, Riau, dan Aceh. 

MANFAAT BAGI KEPENTINGAN UMAT

Berawal dari gerobak kecil di pinggir jalan, kini Yudi bisa meraup omzet Rp100 juta hingga 150 juta per bulan dari penjualan bahan baku ke mitra cabang. Hasil pengembangan cabang Es Gak Beres bahkan dapat digunakan untuk membangun sebuah Café dan Resto pada Desember 2020. Perkembangan usaha ini juga telah membantu mempekerjakan 40 karyawan di bidang produksi bahan baku dan 10 orang untuk pengelolaan Café dan Resto.

Seiring berkembangnya usaha, ada tujuan lain yang ingin Yudi raih yakni memberikan manfaat bagi kepentingan umat. Untuk merealisasikannya, Yudi mendonasikan keuntungan usaha melalui komunitas Sedekah Keroyokan yang ia inisiasi. Melalui komunitas ini Yudi mengajak para pengusaha untuk berdonasi dan membantu orang-orang yang membutuhkan lewat berbagai macam program sosial.

Yudi juga telah mendonasikan sebagian keuntungan dari usaha Es Gak Beres melalui hibah ambulans gratis yang dapat digunakan oleh masyarakat umum di Kabupaten Asahan.

Hasil usaha yang didonasikan digunakan untuk memfasilitasi kegiatan sosial rutin seperti pembagian sembako, nasi bungkus, sunatan massal, dan kegiatan lain. Dalam jangka panjang, Yudi berharap hasil usahanya dapat digunakan juga untuk membuka atau memfasilitasi rumah sakit serta membuka yayasan untuk memberikan beasiswa kepada anak kampung yang berprestasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search